POLITIK ITU PENTING
Manusia adalah zoon politicon artinya
makhluk yang berpoliitik, inilah yang pernah dinyatakan oleh seorang filsuf
Yunani. Apa yang dikatakan Socrates tersebut memang tidak berlebihan, karena
dengan segenap potensi yang dimiliki oleh manusia mampu untuk mengurusi atau
mengatur hidupnya.
Namun dewasa ini banyak diantara kita
yang tidak memahami apa itu politik sebenarnya. Manusia kekinian kehiliangan
kediriannya setelah mereka abai dengan urusan atau aturan yang melingkupi
hidupnya. Bahkan, tidak sedikit diantara kita yang cenderung bersikap apatis
dan apolitis ketika memperbincangkan masalah urusan dan aturan tadi.
Berbicara masalah politik tentu tidak
akan ada habisnya, maka dari itu kita sebagai manusia yang berpolitik harus
mempunyai dasar pengetahuan tentang politik itu sendiri. Dasar yang harus
dimiliki oleh setiap manusia adalah S3. S3 yang dimaksud disini adalah Siyasiyun, Smart, Syar’i. Siyasiun
artinya kita harus memahami tentang politik, Smart artinya kita harus pandai
berpolitik, dan Syar’i artinya ketika kita sedang berpolitik segala sesuatunya
harus sesuai dengan kitabullah dan Sunnatullah.
Dari ketiganya, yang terpenting
adalah bagaimana kita bisa menjadi politisi yang selalu membawa visi keislaman
dalam aktivitas politiknya. Politik bagaikan pisau bermata dua. Semuanya
kembali kepada kualitas keberagamaan kita, apakah keimanan dan keislaman yang
akan memandu kita dalam berpolitik, ataukah hawa nafsu kita dan pamrih
keduniawian yang menguasai kita.
Berdasarkan realita diatas, tentu ini
akan menjadi menarik jika kita kaji lebih dalam lagi. Ini tentu yang membuat
saya tergugah untuk membawakan tema “.......” dalam penyusunan karya tulis ini.
Jika saja kita memahami apa politik itu sebenarnya, bukan tidak mungkin banyak
manfaat yang kita dapat dalam berpolitik, yang tentunya ini sangat banyak
keuntungan yang dapat kita petik dari politik ini.
Sebelum berbicara jauh tentang
politik, ada baiknya kita terlebih dahulu untuk memahami persepsi dan realita
politik.
Politik itu jahat. Mungkin itu
sebagian kecil dari persepsi masyarakat tentang politik. Pun demikian itu
tidaklah benar, masyarakat luas hanya melihat politik dari luarnya saja, atau
bahkan hanya melihat bagian negatifnya saja. Memang itu juga tidaklah salah
sama sekali, toh itu Cuma persepsi, namun alangkah lebih baik jika kita
mengetahui sisi positif dari politik.
Sebenarnya yang salah itu bukan
politik itu sendiri, namun yang menjadi masalah itu adalah orang-orang yang
memainkan politik itu. Karena pada hakikatnya politik itu penting, kita takkan
bisa mengatur urusan sedemikian mungkin tanpa adanya politik. Esensi dari
politik itu sendiri yaitu bagaimana kita mengatur suatu urusan agar dapat
mencapai tujuan kita, welfare state (kesejahteraan rakyat).
Politik itu bak pisau bermata dua.
Jika kita menggunakan ilmu politik untuk ke arah yang benar, maka tak ayal
politik pun akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi kita. Namun jika
kita menggunakan ilmu politik itu ke arah yang salah, niscaya politik pun akan
memberikan kerugian yang sangat luar biasa. Tentunya urusan politik itu urusan
kita semua, sehingga ini semua akan berdampak bagi kita semua.
Politik itu harus dipisahkan dengan
Agama. Itu adalah persepsi dari sebagian pemain politik. Mereka berasumsi bahwa
semua yang menyangkut urusan politik itu adalah hal-hal yang kotor, sehingga
tak pantas jika dicampuradukan dengan urusan Agama yang mereka sebut bahwa
Agama itu suci.
Asumsi seperti itu muncul mungkin
karena meluasnya wabah sekularisme yang mempunyai paham bahwa kehidupan dunia
itu harus dipisahkan dengan Agama. Tentu paham-paham seperi itu tidaklah benar
sama sekali. Kehidupan dunia tanpa hal-hal keagamaan itu sudah jelas akan
membuat kita bagaikan orang yang sedang kebingungan mencari tujuan tanpa
petunjuk apa pun, sehingga tak pelak kekacauan pun akan selalu bersama kita.
Oleh karena itu penting adanya
pembenaran tentang asumsi berpolitik. Sampai kapan pun perpolitikkan di
Indonesia tidak akan pernah maju, karena tidak ada pembahasan yang lebih
mengerucut kepada apa itu politik sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar