Sabtu, 23 Mei 2015

Jauh Tersesat...

Awal dari sebuah perpisahan dengan teman-teman seperjuangan, betapa saya sadari bahwa hidup senantiasa terus berlanjut walau harus berjuang dengan sendirian. Ada satu hal yang paling saya ingat, di bait terakhir kalimat perpisahan itu terdengar kalimat “kemana pun kita melangkah, ingatlah selalu bahwa kita harus pulang dan mengabdi!”

Awalnya semua berjalan sesuai rencana, saya masuk kuliah dan bermimpi untuk mempunyai setidaknya sedikit ilmu untuk mewujudkan apa yang terngiang di dalam telinga pada bait terakhir kalimat perpisahan itu. Berusaha untuk lebih serius mempelajari apa yang tengah digeluti. Alhamdulillah… setelah enam bulan hasilnya cukup dan belum memuaskan. Namun setelah enam bulan itu semuanya berubah…

Saya tidak lagi melanjutkan pendidikan yang selama ini saya cita-citakan… alasannya sederhana, karena saya belum mampu untuk membayar uang semesteran yang nominalnya tidak usah disebutkan. Semua itu bukan karena orang tua saya tidak sanggup untuk membiayai, akan tetapi ini adalah persoalan dari mana dan untuk apa harta yang kita miliki itu… oleh karena itu dalam waktu yang sangat singkat, kehidupan saya pun berubah, mungkin dapat kita bayangkan bagaimana rasanya harus bisa menerima perubahan nasib secepat itu…

Babak baru kehidupan saya pun dimulai…

Saya bukan lagi seorang pelajar yang di dalam benaknya hanya ada tugas untuk belajar belajar dan belajar… saya bukan lagi seorang yang duduk di kelas dan dihadapannya ada buku catatan dan alat tulis… saya bukan lagi seorang yang sahabat sejatinya adalah buku… dan sekarang saya hanyalah seorang pekerja di sebuah yayasan jasa pengamanan… sekarang saya adalah seorang yang ada dibenaknya hanya uang uang dan uang seolah hidup tak akan berjalan jika tak ada uang…
 
Sekarang tak tersisa sedikit pun semangat dalam diri ini untuk kembali melanjutkan pendidikan… yang ada dipikiran hanya bagaimana saya dapat membeli semua apa pun yang saya inginkan… saya kira apa yang sedang saya lakukan sekarang ini adalah benar, namun ternyata semuanya adalah kekeliruan yang nyata… saya hanya diperbudak oleh keinginan yang entah sampai mana batasnya… semuanya sungguh sangat menyedihkan dan memalukan…

Namun dibalik semua itu ada yang lebih menyedihkan dan memalukan… sekarang saya benar-benar merasakan bagaimana jika seekor kambing yang dibiarkan begitu saja berkeliaran di padang rumput yang sangat luas tanpa diikat terlebih dahulu oleh pemiliknya… si kambing itu pun akan terus berjalan selama rumputnya masih ada hingga akhirnya setelah sangat jauh berjalan sambil memakan rumput itu, si kambing pun tersadar bahwa ia sekarang tidak lagi ada di tempatnya berasal, si kambing menyadari bahwa ia sekarang hanya hidup sendiri di tempat yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, dan si kambing pun akhirnya menyadari bahwa dirinya telah jauh tersesat dan ia pun tidak pernah mengetahui kemana jalan untuk pulang…

Mungkin si kambing itu sangat tepat merepresentasikan hidup saya saat ini… ketika saya mulai berani untuk melepaskan diri dari ikatan yang telah ditentukan, kemudian keinginan yang begitu besar untuk terus dan terus mengikuti hawa nafsu, hingga akhirnya saya pun menyadari bahwa selama ini saya telah jauh tersesat… hidup sendiri di hutan yang rimba dan tidak pernah tau kemana jalan pulang… kehidupan di hutan membuat saya lebih banyak bergaul dengan binatang yang hanya menggunakan insting dan nafsu untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu oleh akal pikiran yang sehat…

Sekarang setelah sangat lama tersesat di hutan rimba, saya pun menyadari bahwa saya adalah manusia yang sejatinya diberikan keistimewaan dari binatang yaitu akal pikiran… setelah sekian lama barulah saya menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak bisa disamakan antara binatang dengan manusia, dan oleh karena itu tidaklah pantas saya berlama-lama bergaul dengan binatang dan berkelakuan seperti binatang… ingin rasanya kembali bergaul dengan manusia, rindu rasanya bercengkrama dengan manusia dan kembali berkelakuan manusia… namun saya sadar bahwa saya tidak mengetahui kemana jalan pulang, karena untuk bertanya kepada binatang kemana jalan pulang semuanya akan terasa percuma…

Adakah manusia yang rela mengorbankan dirinya masuk ke hutan rimba untuk sekedar membawa saya pulang dan kembali bergaul dengan manusia? Setidaknya akan saya ceritakan kepada manusia itu bagaimana rasanya bergaul bercengkrama dengan binatang dan berkelakuan layaknya binatang, mungkin hanya itu imbalan yang akan saya berikan kepada siapa pun manusia yang berniat untuk membawa saya pulang atau setidaknya keluar dari hutan rimba ini…

Andai kata tidak ada manusia yang menjemput saya, maka satu-satunya cara yang saya harus lakukan adalah berusaha memutar ingatan ketika saya berjalan masuk ke hutan rimba ini, dengan berupaya menghilangkan hawa nafsu yang ketika itu menyeret saya masuk ke hutan rimba ini… saya ingin pulang dengan secepat mungkin alasannya sederhana, karena saya merindukan bagaimana indahnya menjadi manusia…