Awal dari sebuah perpisahan dengan
teman-teman seperjuangan, betapa saya sadari bahwa hidup senantiasa terus
berlanjut walau harus berjuang dengan sendirian. Ada satu hal yang paling saya
ingat, di bait terakhir kalimat perpisahan itu terdengar kalimat “kemana pun
kita melangkah, ingatlah selalu bahwa kita harus pulang dan mengabdi!”
Awalnya semua berjalan sesuai
rencana, saya masuk kuliah dan bermimpi untuk mempunyai setidaknya sedikit ilmu
untuk mewujudkan apa yang terngiang di dalam telinga pada bait terakhir kalimat
perpisahan itu. Berusaha untuk lebih serius mempelajari apa yang tengah
digeluti. Alhamdulillah… setelah enam bulan hasilnya cukup dan belum memuaskan.
Namun setelah enam bulan itu semuanya berubah…
Saya tidak lagi melanjutkan pendidikan
yang selama ini saya cita-citakan… alasannya sederhana, karena saya belum mampu
untuk membayar uang semesteran yang nominalnya tidak usah disebutkan. Semua itu
bukan karena orang tua saya tidak sanggup untuk membiayai, akan tetapi ini
adalah persoalan dari mana dan untuk apa harta yang kita miliki itu… oleh
karena itu dalam waktu yang sangat singkat, kehidupan saya pun berubah, mungkin
dapat kita bayangkan bagaimana rasanya harus bisa menerima perubahan nasib
secepat itu…
Saya bukan lagi seorang pelajar yang
di dalam benaknya hanya ada tugas untuk belajar belajar dan belajar… saya bukan
lagi seorang yang duduk di kelas dan dihadapannya ada buku catatan dan alat
tulis… saya bukan lagi seorang yang sahabat sejatinya adalah buku… dan sekarang
saya hanyalah seorang pekerja di sebuah yayasan jasa pengamanan… sekarang saya
adalah seorang yang ada dibenaknya hanya uang uang dan uang seolah hidup tak
akan berjalan jika tak ada uang…
Sekarang tak tersisa sedikit pun
semangat dalam diri ini untuk kembali melanjutkan pendidikan… yang ada
dipikiran hanya bagaimana saya dapat membeli semua apa pun yang saya inginkan…
saya kira apa yang sedang saya lakukan sekarang ini adalah benar, namun
ternyata semuanya adalah kekeliruan yang nyata… saya hanya diperbudak oleh
keinginan yang entah sampai mana batasnya… semuanya sungguh sangat menyedihkan
dan memalukan…
Namun dibalik semua itu ada yang
lebih menyedihkan dan memalukan… sekarang saya benar-benar merasakan bagaimana
jika seekor kambing yang dibiarkan begitu saja berkeliaran di padang rumput yang
sangat luas tanpa diikat terlebih dahulu oleh pemiliknya… si kambing itu pun
akan terus berjalan selama rumputnya masih ada hingga akhirnya setelah sangat
jauh berjalan sambil memakan rumput itu, si kambing pun tersadar bahwa ia
sekarang tidak lagi ada di tempatnya berasal, si kambing menyadari bahwa ia
sekarang hanya hidup sendiri di tempat yang tidak pernah ia kenal sebelumnya,
dan si kambing pun akhirnya menyadari bahwa dirinya telah jauh tersesat dan ia
pun tidak pernah mengetahui kemana jalan untuk pulang…
Mungkin si kambing itu sangat tepat
merepresentasikan hidup saya saat ini… ketika saya mulai berani untuk
melepaskan diri dari ikatan yang telah ditentukan, kemudian keinginan yang
begitu besar untuk terus dan terus mengikuti hawa nafsu, hingga akhirnya saya
pun menyadari bahwa selama ini saya telah jauh tersesat… hidup sendiri di hutan
yang rimba dan tidak pernah tau kemana jalan pulang… kehidupan di hutan membuat
saya lebih banyak bergaul dengan binatang yang hanya menggunakan insting dan
nafsu untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu
oleh akal pikiran yang sehat…
Sekarang setelah sangat lama tersesat
di hutan rimba, saya pun menyadari bahwa saya adalah manusia yang sejatinya
diberikan keistimewaan dari binatang yaitu akal pikiran… setelah sekian lama
barulah saya menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak bisa disamakan antara
binatang dengan manusia, dan oleh karena itu tidaklah pantas saya berlama-lama
bergaul dengan binatang dan berkelakuan seperti binatang… ingin rasanya kembali
bergaul dengan manusia, rindu rasanya bercengkrama dengan manusia dan kembali
berkelakuan manusia… namun saya sadar bahwa saya tidak mengetahui kemana jalan
pulang, karena untuk bertanya kepada binatang kemana jalan pulang semuanya akan
terasa percuma…
Adakah manusia yang rela mengorbankan
dirinya masuk ke hutan rimba untuk sekedar membawa saya pulang dan
kembali bergaul dengan manusia? Setidaknya akan saya ceritakan kepada manusia
itu bagaimana rasanya bergaul bercengkrama dengan binatang dan berkelakuan layaknya binatang, mungkin hanya itu
imbalan yang akan saya berikan kepada siapa pun manusia yang berniat untuk
membawa saya pulang atau setidaknya keluar dari hutan rimba ini…
Andai kata tidak ada manusia yang menjemput
saya, maka satu-satunya cara yang saya harus lakukan adalah berusaha memutar
ingatan ketika saya berjalan masuk ke hutan rimba ini, dengan berupaya
menghilangkan hawa nafsu yang ketika itu menyeret saya masuk ke hutan rimba ini…
saya ingin pulang dengan secepat mungkin alasannya sederhana, karena saya
merindukan bagaimana indahnya menjadi manusia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar