Rabu, 16 November 2016

'Adu Muncang': Perenungan Kebudayaan

PERENUNGAN KEBUDAYAAN

Kenapa harus muncang? Pernahkah Anda mendengar permainan 'Adu Muncang'? Jika Anda pernah mendengar bahkan pernah mencoba saya yakin anda pasti setuju dengan saya.

Permainan 'Adu Muncang' atau kemiri biasa digemari oleh kalangan remaja bahkan pria dewasa pun tak jarang menggemarinya.

Untuk bisa bermain 'Adu Muncang' dibutuhkan dua Muncang (Kemiri) yang sama-sama sudah diurus sedemikian rupa, setelah itu kedua muncang itu di tempatkan di satu titik dimana diatasnya diganjel oleh bambu yang sudah diatur sedemikian rupa, setelah semuanya pas barulah muncang itu bisa diadu dengan cara dipukul menggunakan kayu, siapa yang muncangnya hancur dialah yang kalah, begitulah kira-kira sedikit penjelasan tentang permainan 'Adu Muncang'. Ada yang menarik perhatian saya ketika memperhatikan permainan 'Adu Muncang', apalagi setelah ada salah satu dari kedua muncang yang diadu kalah.

Dalam permainan 'Adu Muncang' untuk membuat muncang kita kuat itu dengan cara 'dipale', yaitu si muncang digosok-gosok menggunakan jari atau menggunakan buah kemiri atau muncang yang sudah kalah tadi.

Saya mulai membayangkan ketika ada salah satu muncang yang kalah, muncang itu bukannya iri kepada yang menang justru muncang itu malah bisa membuat muncang yang mengalahkannya menjadi kuat, dengan cara ia memberikan buah yang dikandungnya untuk digosok-gosokan kepada muncang yang mengalahkannya.

Menurut saya ini adalah suatu gambaran bahwa hidup sejatinya selalu ada pertarungan dan persaingan, namun permainan 'Adu Muncang' mengajarkan saya bahwa ketika saya kalah dalam persaingan maka saya harus bisa menerima kekalahan itu dan harus mwndukung sepenuh hati bahkan harus bisa berkontribusi untuk sesuatu yang sedang diperjuangkan.

Permainan 'Adu Muncang' ini adalah kebudayaan lokal. Biarlah kebudayaan tetap menjadi kebudayaan supaya bisa menjadi kebanggaan.

Jika saya boleh berpendapat,, lebih baik kalian gunakan politik 'Adu Muncang' daripada politik 'Adu Domba'. Oicuy
Hatur Nuhun.
.
.
#ARTikel #CatatanOi #Note #Catatan #adumuncang #kebudayaan #kebudayaanlokal #jawabarat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar