Selasa, 20 Oktober 2015

Aku.dan.Sang Ibunda

Aku dan Sang Ibunda

Nak, Bunda ingin bertanya padamu... Bolehkah Bunda bertanya padamu? Boleh Bunda, sangat boleh... Tapi pertanyaan ini tidak hanya satu nak melainkan banyak dan sangat banyak... Boleh Bunda, Bunda boleh tanyakan apa saja kepadaku, anakmu ini... Tapi pertanyaan ini akan sedikit membuatmu sakit hati nak bahkan Bunda pikir engkau takkan mau menjawab pertanyaan ini nak... Tidak Bunda, selain Tuhan, Bunda berhak mengetahui apa saja tentang anakmu ini... Apakah yakin kamu nak? Yakin Bunda, sangat yakin... Yasudah lah kalo kamu yakin Bunda akan coba bertanya kepadamu nak... Silahkan Bunda...

Nak, bagaimana kabarmu nak? Apakah kamu baik2 saja nak? Baik Bunda, sangat baik keadaanku...

Nak, sehatkah fisikmu saat ini nak? Sehat Bunda, sangat sehat..

Nak, apa yang sedang memenuhi pikiranmu sekarang nak? Banyak Bunda, Uang dan Membentuk sebuah keluarga salah satunya bunda...

Nak, selama ini apa yang kau makan nak? Masihkah sama apa yang kau makan dengan orang lain? Yang saya makan selama ini masih sama Bunda dengan orang lain, anakmu ini makan nasi dan lauk pauk yang biasa orang lain makan...

Nak, apakah kamu sudah mempunyai seseorang yang akan mendampingi hidupmu nanti? Kalau sudah wanita seperti apa dia? Dan apakah kamu yakin kepadanya? Sudah Bunda, saya sudah temukan itu, dia adalah wanita shalehah (insyaAllah) dia mampu menjaga diri dan menghormati laki-laki, yakin Bunda, saya yakin sekai...

Nak, sudahkah kau temukan kebahagiaan dalam hidupmu sekarang ini? Belum Bunda, saya tidak bisa merasakan kebahagiaan sebelum saya sukses dan bisa membanggakan engkau Bunda...

Nak, sudahkah kau bisa menikmati apa yang kau miliki sekarang? Belum bunda, masih banyak penderitaan yang saya alami, apa yang bisa dinikmati dari sebuah penderitaan terlalu banyak sakit dalam hidup saya Bunda...

Nak, bagaimana menurutmu keadaan dunia saat ini? Khususnya di Tanah Indonesia ini nak? Keadaan Dunia menurutku sudah kacau Bunda, perang dimana-dimana kedamaian seolah cerita fiktif belaka, dan di Tanah ini saya sudah merasa tak seperti berada di Tanah Indonesia Bunda...

Nak, siapkah jika engkau harus mati esok? Lalu bekal apa yang sudah kau persiapkan untuk perjalanan panjangmu nanti? Sejujurnya saya belum siap Bunda, karena saya belum punya bekal apa-apa untuk perjalanan panjangku nanti...

Nak, apa yang paling kau sesalkan di dunia ini? Sebelum saya menjawab pertanyaan ini saya meminta maaf terlebih dahulu kepadamu Bunda, karena yang paling ku sesalkan di dunia ini adalah kembali melalaikan apa yang telah menjadi kewajibab saya kepada Allah Bunda, saya tahu Bunda kecewa karena bagian ini yang selalu Bunda pesankan kepadaku sebelum saya pergi...

Nak, sebenarnya apa yang engkau cita-citakan selama ini? Dan apa harapanmu buat esok hari jika engkau masih diberi kesempatan untuk hidup? Yang saya cita-citakan selama ini hanya ingin menjadi seseorang yang lebih baik dari hari lalu, dan berguna untuk orang lain terutama untukmu Bunda. Harapanku adalah bisa kembali ke jalan yang dulu telah membuat saya sedikit merasakan indahnya menjadi manusia Bunda...

Cukup nak, cukup segitu saja pertanyaan dari Bunda... Apa maksud dari semua pertanyaan tadi Bunda, anakmu ini bingung akan pertanyaan-pertanyaanmu Bunda... Apakah Bunda perlu menjelaskan semuanya nak? Iya perlu Bunda, sangat perlu supaya tidak ada salah paham diantara kita... Baiklah kalau begitu nak akan Bunda jelaskan...

Benarkah jika keadaanmu baik-baik saja nak? Iyaa Bunda benar... Lalu kenapa jika kamu baik-baik saja kau tidak pernah berpikir bagaimana jika keadaanmu tiba-tiba memburuk nak?

Benarkah jika fisikmu sehat-sehat saja nak? Iyaa Bunda benar, lalu bagaimana dengan kondisi batinmu? Bukankah selama ini yang kau jalani bamyak yang berbenturan dengan nuranimu? Kenapa semua itu masih kau jalani nak? Kalau kau hanya berpikir bahwa yang perlu kau jaga kesehatan itu hanya fisikmu maka kau salah besar nak, karena batinmu akan mempengaruhi keadaan fisikmu, jika batinmu baik-baik saja maka fisikmu akan lebih baik...

Lalu apa benar yang ada dipikiranmu hanya harta, tahta, wanita seperti yang kebanyakan orang pikirkan nak? Iyaa Bunda, benar... Terlalu picik kamu nak, masih banyak yang harus kau pikirkan selain dari yang kau sebutkan tadi, bukankah yang seharusnya yang memenuhi pikranmu adalah bagaimana keadaan masyarakat saat ini? Bukankah kau seorang pemuda nak? Bukankah nasib sebuah bangsa itu tergantung bagaimana pemudanya saat ini? Jika oemuda sepertimu hanya memikirkan harta tahta wanita, lalu siapa yang akan membuat bangsa ini menjadi lebih baik nak? Lalu siapa yang akan menggantikan para pemimpin-pemimpin yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri nak?

Anakku, benarkah jika yang kau makan itu sama dengan orang lain nak? Benar Bunda, masih sama apa yang saya makan dengan apa yang orang lain makan Bunda... Bohong, kamu bohong nak... Kenapa bohong Bunda? Iya bohong kamu nak, jika iya sama apa yang kau makan dengan apa yang orang lain makan, apakah pernah kamu memakan rumput? Apakah pernah kamu meminum air selokan yang kotor? Ingat nak, tidak semua orang bisa memakan nasi dan air mineral yang jernih, banyak orang-orang diluar sana yang kelaparan dan memakan apa saja yang mereka temukan.

Benarkah kau sudah yakin akan calon pendampingmu saat ini? Yakin Bunda, saya yakin... Bohong kamu nak, jika kamu hanya melihat dia dari kecantikannya maka keyakinanmu terhadapnya akan berkurang jika dia menua, jika kamu hanya melihat kekayaannya maka keyakinanmu akan luntur jika dia jatuh miskin. Yang harus kau lakukan adalah jika dia shaleha maka jadilah kamu laki-laki yang sholeh, jika dia cerdas maka kamu harus cerdas pula, jika dia menghormati laki-laki maka kau harus pandai menghargai wanita. Karena menurut agama kita si baik akan bertemu dengan si baik, si jelek akan bertemu dengan si jelek.

Benarkah kau belum merasakan bahagia nak? Benar Bunda... Kenapa nak kenapa? Bukankah mereka yang merasakan kelaparan kepanasan atau bahkan kehujanan masih bisa merasakan kebahagiaan? Kenapa kau belum bahagia nak? Bukankah dia yang berjuang di jalan Allah walaupun harus menerima berbagai macam ujian di Dunia ini masih merasakan kebahagiaan? Kenapa kau masih belum bisa merasakan kebahagiaan nak? Jika kau hanya mengukur bahwa kebahagiaan itu bisa kau rasakan setelah kau sukses dan membahagiakan Bunda, lalu apa sukses itu nak? Bunda bahagia jika kau meraih kesuksesan itu dibarengi proses yang amat sangat sehingga kau merasakan kepedihan yang mendalam dan kepedihan itulah yang akan membuatmu bahagia jika kau mensyukurinya nak.

Nak sadarkah kamu apa yang membuatmu selalu merasa menderita saat ini? Yang selalu membuatmu merasakan penderitaan saat ini hanyalah perasaanmu saja nak, sedangkan kau anak muda, tak pantas jika kau hanya mengikuti perasaan, perasaan yang sekiranya membutakan pandangan dan pikiranmu itu harus kau lawan nak, Bunda tidak pernah mengajarimu bagaimana untuk menjadi seseorang yang lemah, tapi Bunda selalu ajarkan kamu bagaimana menjadi seseorang yang tangguh dan kuat nak, ingat tanggung jawabmu di Dunia ini masih banyak nak, kau masih harus selesaikan semua permasalahan yang sedang kita hadapi bersama, Bunda yakin kamu pasti kuat dan bisa nak.

Nak jika kamu pikir Dunia ini sudah kacau lalu apa yang akan engkau lakukan nak? Apakah kau hanya diam saja melihat dan menikmati kekacauan ini? Tentu tidak boleh begitu nak. Kedamaian tidak boleh diukur oleh berhentinya peperangan semata nak, kedamaian itu harus menyeluruh, harus semua aspek ikut berdamai nak, dan tidak ada cara lain selain menjadikan bumi ini kembali ke pangkuan Agama nak. Lalu kenapa lau tak merasa sedang berada di Tanah Indonesia nak? Bunda mengerti kenapa kamu bilang begitu, karena Tanah Indonesia yang dulu kau kenal sebagai Tanah Islami sekarang sudah jauh dari konsep itu kan? Sekarang sulit nak, karena konsep Islami sudah tidak cocok untuk digunakan di Tanah kita ini, karena apa? Karena konsep Islami kita sudah tidak dipakai lagi.

Siap atau tidak siap jika sudah waktunya tiba kau akan mati jua nak, tak bisa kau beralasan jika kau belum punya bekal apa-apa maka kau tak boleh mati dulu, tidak nak tidak seperti itu. Itulah uniknya Tuhan ciptakan manusia dan tak pernah Dia berikan informasi kapan kita akan mati nak, supaya Tuhan tau mana yang benar-benar setia kepada-Nya dan mana yang membangkang kepada-Nya. Maka sebelum kau temui ajalmu nak, siapkanlah dari sekarang, bukan besok atau nanti nak, tapi mulai sekarang.

Jika selama ini kau telah melalaikan kewajibanmu dan engkau merasa menyesal bertaubatlah nak, mohonlah ampunan kepada-Nya bukan kepada Bundamu ini, karena Bunda tak bisa janjikan apa-apa untuk kehidupan di akhirat nanti nak. Selagi kau masih bisa merasakan penyesalan maka segeralah bertaubat nak sebelum rasa sesal itu hilang sama sekali dan engkau terlalu asik meninggalkan kewajibanmu nak.
Nak, jika ingin menjadi manusia yang lebih baik Bunda rasa itu bukan cita-cita, tapi itu adalah kewajiban bagi setiap manusia nak, kamu harus selalu meningkatkan kualitas diri nak terlebih kualitas keimananmu nak, karena keimananmu adalah senjata yang paling ampuh untuk.menggetarkan musuh-musuhmu di jalan Allah nak. Percayalah, Bunda ingin kau.menjadi orang yang tangguh di jalan Allah nak, engkau lah yang harus membuat kehidupan nanti menjadi lebih baik.

Nak, jika kau ingin kembali, maka kembalilah nak. Kembali berada di barisan terdepan bersama pasukan-pasukan Allah nak, janganlah gentar akan musuh-musuh Allah di dunia ini nak, buktikanlah bahwa kau anak muda yang berani nak. Jika kau ingin tanah ini kembali menjadi tanah Indonesia, maka berjuanglah nak, menjadikan negeri ini lebih baik adalah salah satu jalan berjuang di jalan Allah nak. Kembali kau harus ingat-ingat segala memory indah rasanya berjuang di jalan Allah nak. Percayalah, Allah selalu bersama kita jika kita menginginkannya nak.

Anak itu pun menangis dan tertidur di pangkuan ibunya, esok setelah dia bangun maka dia akan membuat Negeri ini lebih baik dan selalu berada di barisan terdepan untuk menjadi pasukan Allah dan membela Allah sampai dia ucapkan kalimat suci "Tiada Tuhan (yang berhak) disembah kecuali Allah" di penghujung kehidupannya.

Siapapun yang membaca tulisan ini, tolong jadikan "aku" di tulisan diatas sebagai diri kita sendiri atau sesuaikan dengan kehidupan diri kita sendiri.

Kamis, 16 Juli 2015

Idul Fitri 2015...

Bismillah.

Allah telah menjanjikan dua kenikmatan di bulan ramadhan, yang pertama adalah diberinya kita kenikmatan disaat berbuka puasa, kenikmatan itu pun telah kita rasakan bersama bagi siapa pun yang menjalaninya. Dan sekarang kita berharap mudah2an Allah benar2 memberikan kenikmatan yang kedua dari janji-Nya itu kepada kita yaitu bisa bertemu dengan-Nya kelak. Amin.

Sekarang bulan ramadhan akan segera berlalu.
Karena di bulan ramadhan kita dianjurkan untuk berbuat jujur, bukan berarti kita tidak perlu jujur di bulan lainnya.
Karena di bulan ramadhan kita dianjurkan untuk bersabar, bukan berarti di bulan lainnya kita tidak perlu bersabar.
Karena di bulan ramadhan kita dianjurkan untuk bershodaqah, bukan berarti di bulan lainnya tak usah payab bershadaqoh.
Dan masih banyak karena-karena lainnya yang dianjurkan di bulan ramadhan, bukan berarti kita tidak harus mengerjakan apa yang di "karena" kan di bulan ramadhan.

Sungguh hati berbahagia bagi siapa pun yang esok mendapati hari raya idul fitri, dan sungguh pula hati bersedih bagi siapa pun yang esok akan meninggalkan bulan ramadhan, karena kita tak pernah tau apakah kita kan berjumpa kembali dengan bulan yang "suci" ini.

Saat semua menunggu datangnya hari kemenangan, tak lengkap rasanya jika kemenangan itu dibarengi dengan hati yang penuh noda, oleh karena itulah semua orang takkan merasa bosan berucap kata maaf.
Begitu pun saya, tak ada yang lebih istimewa dari makhluk yang notabene "hina" ini selain ucapan atau kata-kata maaf. Namun untuk kali ini saya tidak akan meminta maaf, saya hanya meminta anda sekalian berkata, "saya telah memaafkan anda sebelum anda meminta maaf", begitu pun saya, sebelum anda sekalian meminta maaf saya telah memaafkan anda sekalian, insyaallah.

Tidak ada kalimat yang lebih baik di hari raya ini selain "taqabalallahu minna wa minkum", semoga puasa saya dan anda diterima oleh-Nya sehingga apa yang telah menjadi dosa kita dimaafkan oleh-Nya, amin.

Hatur nuhun.

Rabu, 08 Juli 2015

Ramadhan ini...

Bismillah.

Bulan Ramadhan.. Bulan yang banyak orang berkata bahwa bulan ini penuh berkah, di bulan inilah saatnya kita memperbanyak amal ibadah, dan di bulan ini pula semua pahala akan diganjar berkali2 lipat dan segala dosa (kecil) pun akan senantiasa Allah Swt. berikan ampunan...

Namun untukku bulan Ramadhan tahun ini terasa hampa, karena apa yang seharusnya seorang mukmin lakukan di bulan ini aku tak melakukannya, banyak hal yg aku lewatkan di bulan yang orang lain bilang sangat suci ini, entah apa yang mengganggu pikiranku sehingga aku tak bisa meningkatkan kualitas imanku dari bulan ramadhan yang sebelumnya.

Saat ini aku tersadar bahwa yang selama ini aku pikirkan hanyalah kesenangan2 dunia yang tiada artinya kelak, aku seolah melupakan apa yang seharusnya aku kerjakan sebagai seorang mukmin, disaat orang lain rela mengorbankan jiwa dan raganya sampai bercucuran keringat demi menjaga agama yang seharusnya aku banggakan dan selalu ku perjuangkan, sampai darah mereka pun dikorbankan demi tegaknya Agama yang diridhai Allah Swt. ini..

Tapi aku seolah tertidur dengan pulas, tak mengindahkan apa yang sejatinya keindah yang terindah.

Saat ini aku pun tersadar dan ingin terbangun di kesunyian hidup dan bersujud memohon ampunan kepada-Mu Ya Rabb, ampuni dosa hamba-Mu yang hina ini, yang tak pernah bisa ku hitung berapa banyak aku telah berbuat dosa karena sudah terlalu sering aku berbuat dosa, wmpuni dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dosa keluarga hamba, dosa saudara hamba, dosa guru2 hamba, dosa semua umat islam yang ada di bumi ini.
Andai kata Engkau berikan kepadaku permintaan, maka aku akan meminta "bahwa apa yang telah Engkau janjikan di bulan ramadhan ini telah aku rasakan, Engkau telah menjanjikam kenikmatan bagi hamba yang berpuasa disaat ia berbuka, dan itu telah ku rasakan, dan permintaanku adalah aku ingin Engkau wujudkan janjimu yang satu dari dua hal tadi yaitu pertemukan aku kelak dengan-Mu, ijinkan aku melihat kesucian wajah-Mu, dan ijinkan aku untuk mendapatkan kenikmatan yang tidak pernah semua orang rasakan di dunia ini Ya Rabb, amin :-)

Seandainya ini adalah Ramadhan yang terakhir untukku, aku rela asal itu yang terbaik untukku dan agamaku, tapi jika yang terbaik untukku dan agamaku adalah engkau ijinkan aku berjumpa dengan Ramadhan kembali, insyaallah akan ku persiapkan Ya Rabb :-D
Dan satu permintaanku yang paling aku ingin rasakan saat ini, itu adalah aku ingin melihat ayahku kembali menjadi ayahku yang sebenarnya, amin yaa rabbal alamin :-)

Kamis, 25 Juni 2015

for "Ghuraba"...


Bismillah.

Ternyata benar kalimat "bahwa hidup di dunia ini sangat singkat", buktinya tak terasa waktu pun berlalu dan kalian pun seakan terpisahkan oleh waktu. Tapi tak apa, ini memang jalan Tuhan. Saya selalu teringat kalimat "bahwa di setiap pertemuan pasti ada perpisahan". Seseorang pernah bilang "jika kau masih hidup di dalam hati seseorang, itu artinya kau tidak pernah mati.", oleh karena itu simpanlah semuanya dalam hatimu masing2 supaya semuanya tidak pernah mati. Saya pernah merasakan manisnya pertemuan dan pahitnya perpisahan, namun untuk kalian saya berpesan semoga pertemuan kalian dan perpisahan kalian semuanya manis.

Selamat untuk kalian yg telah berjuang semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan kalian di masa yg akan datang, yg dimana di masa itu kalian benar2 akan hidup sendirian dan berjuang sendirian. Tapi jangan khawatir, seperti apa yg telah disebutkan bahwa jika semuanya disimpan di dalam hati maka semuanya tidak pernah meninggalkan kalian dan kalian tidak akan pernah sendirian.

Jika kemarin saya ucapkan selamat masuk ke dalam kolam, maka sekarang saya ucapkan selamat mengarungi lautan, dan carilah apa yg kalian inginkan dari dahulu, yaitu mutiara yg sangat jarang orang lain memilikinya :-D

Kalian masih tetap keluarga saya, karena apa? Karena saya telah menyimpan kalian di dalam hati.

Untuk kalian, Don't say "goodbye", but "See you again..."

Semoga kalian menjadi benar-benar asing dan tetap menjadi asing...

untuk kalian, si bungsu...


Bismillah.

Apa kabar? Saya harap semuanya baik2 saja.
Saya ucapkan selamat untuk kalian semua. Tinggal hitungan waktu kalian benar2 akan menjadi team yg paling dewasa di sekolah. Kurang dari dua tahun kalian telah menikmati perjalanan hidup kalian di sekolah. Pahit manis perjuangan pun tak terasa telah kalian rasakan. Tak seberapa penting apa yg kalian punya saat ini, tapi yg paling penting adalah proses dua tahun ke belakang yg telah kalian tempuh sehingga kalian pun akan berani mengatakan "saya siap untuk memberikan apa yg saya punya kepada adik saya nanti, walau itu hanya sekedar pengalaman. Tapi saya yakin dari hal yg terkecil itu akan berubah menjadi sesuatu yg lebih besar." saya harap kalian bisa ucapkan itu dalam hati kalian.

Masih ingat dua tahun kemarin kalian masih bersama dengan kami, saat kalian masih menjadi seorang pendengar yg baik, sehingga apa pun yg keluar dari yg lebih dewasa dari kalian kalian ikuti, itu pun hanya hal yg baik saja. Tapi sekarang saatnya kalian unjuk gigi, menunjukan kebolehan masing2 kalian dengan tetap menundukan kepala kalian. Sekarang giliran kalian yg menjadi pembicara yg baik.

Dan masih ingatkah kalian dengan apa yg saya ucapkan berkali2? Jika masih ingat tentu kalian tidak akan lupa akan kalimat "kelas 3 adalah saat dimana kalian memetik hasil dari apa yg telah kalian tanam dan rawat selama dua tahun ke belakang. Untuk kalian, saya ucapkan "selamat memanen!"

Saatnya menyelaraskan antara hati dan pikiran, semoga kalian tetap kompak.
"Berkumpul itu bukan saatnya jaim samasama, tapi saatnya berjuang bersamasama."

Jangan katakan "selamat tinggal" kepada kakak kalian besok, tapi katakan "sampai jumpa lagi..."

Sabtu, 23 Mei 2015

Jauh Tersesat...

Awal dari sebuah perpisahan dengan teman-teman seperjuangan, betapa saya sadari bahwa hidup senantiasa terus berlanjut walau harus berjuang dengan sendirian. Ada satu hal yang paling saya ingat, di bait terakhir kalimat perpisahan itu terdengar kalimat “kemana pun kita melangkah, ingatlah selalu bahwa kita harus pulang dan mengabdi!”

Awalnya semua berjalan sesuai rencana, saya masuk kuliah dan bermimpi untuk mempunyai setidaknya sedikit ilmu untuk mewujudkan apa yang terngiang di dalam telinga pada bait terakhir kalimat perpisahan itu. Berusaha untuk lebih serius mempelajari apa yang tengah digeluti. Alhamdulillah… setelah enam bulan hasilnya cukup dan belum memuaskan. Namun setelah enam bulan itu semuanya berubah…

Saya tidak lagi melanjutkan pendidikan yang selama ini saya cita-citakan… alasannya sederhana, karena saya belum mampu untuk membayar uang semesteran yang nominalnya tidak usah disebutkan. Semua itu bukan karena orang tua saya tidak sanggup untuk membiayai, akan tetapi ini adalah persoalan dari mana dan untuk apa harta yang kita miliki itu… oleh karena itu dalam waktu yang sangat singkat, kehidupan saya pun berubah, mungkin dapat kita bayangkan bagaimana rasanya harus bisa menerima perubahan nasib secepat itu…

Babak baru kehidupan saya pun dimulai…

Saya bukan lagi seorang pelajar yang di dalam benaknya hanya ada tugas untuk belajar belajar dan belajar… saya bukan lagi seorang yang duduk di kelas dan dihadapannya ada buku catatan dan alat tulis… saya bukan lagi seorang yang sahabat sejatinya adalah buku… dan sekarang saya hanyalah seorang pekerja di sebuah yayasan jasa pengamanan… sekarang saya adalah seorang yang ada dibenaknya hanya uang uang dan uang seolah hidup tak akan berjalan jika tak ada uang…
 
Sekarang tak tersisa sedikit pun semangat dalam diri ini untuk kembali melanjutkan pendidikan… yang ada dipikiran hanya bagaimana saya dapat membeli semua apa pun yang saya inginkan… saya kira apa yang sedang saya lakukan sekarang ini adalah benar, namun ternyata semuanya adalah kekeliruan yang nyata… saya hanya diperbudak oleh keinginan yang entah sampai mana batasnya… semuanya sungguh sangat menyedihkan dan memalukan…

Namun dibalik semua itu ada yang lebih menyedihkan dan memalukan… sekarang saya benar-benar merasakan bagaimana jika seekor kambing yang dibiarkan begitu saja berkeliaran di padang rumput yang sangat luas tanpa diikat terlebih dahulu oleh pemiliknya… si kambing itu pun akan terus berjalan selama rumputnya masih ada hingga akhirnya setelah sangat jauh berjalan sambil memakan rumput itu, si kambing pun tersadar bahwa ia sekarang tidak lagi ada di tempatnya berasal, si kambing menyadari bahwa ia sekarang hanya hidup sendiri di tempat yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, dan si kambing pun akhirnya menyadari bahwa dirinya telah jauh tersesat dan ia pun tidak pernah mengetahui kemana jalan untuk pulang…

Mungkin si kambing itu sangat tepat merepresentasikan hidup saya saat ini… ketika saya mulai berani untuk melepaskan diri dari ikatan yang telah ditentukan, kemudian keinginan yang begitu besar untuk terus dan terus mengikuti hawa nafsu, hingga akhirnya saya pun menyadari bahwa selama ini saya telah jauh tersesat… hidup sendiri di hutan yang rimba dan tidak pernah tau kemana jalan pulang… kehidupan di hutan membuat saya lebih banyak bergaul dengan binatang yang hanya menggunakan insting dan nafsu untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu oleh akal pikiran yang sehat…

Sekarang setelah sangat lama tersesat di hutan rimba, saya pun menyadari bahwa saya adalah manusia yang sejatinya diberikan keistimewaan dari binatang yaitu akal pikiran… setelah sekian lama barulah saya menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak bisa disamakan antara binatang dengan manusia, dan oleh karena itu tidaklah pantas saya berlama-lama bergaul dengan binatang dan berkelakuan seperti binatang… ingin rasanya kembali bergaul dengan manusia, rindu rasanya bercengkrama dengan manusia dan kembali berkelakuan manusia… namun saya sadar bahwa saya tidak mengetahui kemana jalan pulang, karena untuk bertanya kepada binatang kemana jalan pulang semuanya akan terasa percuma…

Adakah manusia yang rela mengorbankan dirinya masuk ke hutan rimba untuk sekedar membawa saya pulang dan kembali bergaul dengan manusia? Setidaknya akan saya ceritakan kepada manusia itu bagaimana rasanya bergaul bercengkrama dengan binatang dan berkelakuan layaknya binatang, mungkin hanya itu imbalan yang akan saya berikan kepada siapa pun manusia yang berniat untuk membawa saya pulang atau setidaknya keluar dari hutan rimba ini…

Andai kata tidak ada manusia yang menjemput saya, maka satu-satunya cara yang saya harus lakukan adalah berusaha memutar ingatan ketika saya berjalan masuk ke hutan rimba ini, dengan berupaya menghilangkan hawa nafsu yang ketika itu menyeret saya masuk ke hutan rimba ini… saya ingin pulang dengan secepat mungkin alasannya sederhana, karena saya merindukan bagaimana indahnya menjadi manusia…